self reward vs self sabotage
Banyak orang nggak sadar kalau kebiasaan “hadiah untuk diri sendiri” bisa jadi bumerang. Fenomena self reward vs self sabotage ini sering bikin kita bingung: mana yang benar-benar bentuk kasih sayang pada diri, dan mana yang justru sabotase halus yang bikin hidup berantakan?
Kamu pernah bilang ke diri sendiri, “Aku capek kerja seharian, pantas dong jajan mahal dikit!” atau “Nonton drama dulu ah, besok baru kerja.”
Kedengarannya seperti bentuk self-reward, tapi… bisa jadi itu malah bentuk self-sabotage.
Yup, garis antara keduanya memang tipis banget. Tapi efeknya? Bisa jauh banget — bahkan berlawanan. Yuk kita bahas biar kamu bisa tahu kapan kamu benar-benar sayang sama diri sendiri, dan kapan kamu justru menjebak diri sendiri dengan alasan “healing.”
Apa Itu Self-Reward?
Self-reward adalah cara menghargai diri sendiri atas usaha, pencapaian, atau kerja keras yang sudah kamu lakukan.
Contohnya:
- Setelah kerja keras sebulan, kamu traktir diri makan enak.
- Setelah berhasil nabung tiga bulan, kamu beli sesuatu dari wishlist.
Self-reward itu sehat, selama dilakukan dengan sadar, terukur, dan sesuai konteks.
Menurut Psychology Today, memberi penghargaan pada diri sendiri bisa meningkatkan motivasi dan kebahagiaan karena otak menerima sinyal positif dari pencapaian yang dilakukan dengan usaha.
Apa Itu Self-Sabotage?
Sebaliknya, self-sabotage adalah kebiasaan yang terlihat seperti “self-care”, tapi sebenarnya justru merusak diri sendiri dalam jangka panjang.
Contohnya:
- “Aku stres, jadi boleh dong shopping biar senang.” (Padahal saldo tipis)
- “Aku butuh istirahat,” tapi akhirnya scroll TikTok 5 jam dan lupa tidur.
- “Sekali-sekali makan junk food nggak apa-apa,” padahal udah tiap hari.
Menurut BBC Worklife, self-sabotage sering muncul karena kita pengin pelarian cepat dari stres, bukan solusi jangka panjang.
Bedanya Self-Reward vs Self-Sabotage
Meski terlihat mirip, self reward vs self sabotage punya dampak yang sangat berbeda terhadap keseimbangan hidup.
| Aspek | Self-Reward | Self-Sabotage |
|---|---|---|
| Tujuan | Menghargai diri atas usaha | Melarikan diri dari stres |
| Efek Setelahnya | Tenang & termotivasi | Menyesal & tambah stres |
| Kesadaran | Dilakukan dengan sadar | Spontan & impulsif |
| Frekuensi | Sesekali, terencana | Sering & tanpa kontrol |
| Contoh | Beli kopi setelah kerja keras | Beli kopi tiap stres biar “tenang” |
Kenapa Kita Sering Salah Kaprah?
Karena secara emosional, dua-duanya terasa enak di awal.
Otak kita nggak bisa langsung bedain mana kebahagiaan sehat dan mana pelarian instan.
Dopamin — hormon bahagia — keluar saat kamu makan enak, belanja, atau rebahan, baik itu self-reward atau self-sabotage.
Bedanya, efek self-reward bikin kamu lebih semangat, sementara self-sabotage bikin kamu makin malas atau nyesel.
Menurut Kompas Lifestyle, kebiasaan impulsif seperti “self-sabotage disguised as self-care” makin sering terjadi di generasi muda karena tekanan kerja dan ekspektasi sosial yang tinggi.
Ciri-Ciri Kamu Lagi Self-Sabotage, Bukan Self-Reward
⚡ 1. Sering Mengulang Pola yang Sama
Alih-alih bikin tenang, kamu malah terus ngulang kebiasaan “pelarian” yang sama setiap kali stres.
💸 2. Mengabaikan Konsekuensi
Kamu tahu efeknya buruk (uang habis, tubuh lelah, kerjaan tertunda), tapi tetap dilakuin.
😴 3. Rasanya Lega di Awal, Tapi Menyesal di Akhir
Itu tanda paling jelas kamu lagi sabotase diri sendiri.
Cara Sehat Memberi Self-Reward
- 🎯 Tentukan Tujuannya
Kasih hadiah ke diri sendiri karena berhasil melakukan sesuatu, bukan karena stres atau gagal. - 💡 Buat Reward yang Nggak Bikin Rugikan Diri Sendiri
Contoh: nonton film favorit, tidur lebih awal, makan di tempat enak tapi masih sesuai budget. - 📅 Atur Frekuensi
Self-reward itu bonus, bukan rutinitas. Kalau tiap hari “self-reward,” itu udah bukan hadiah, tapi kebiasaan. 😅 - 💬 Refleksi Setelahnya
Tanyakan ke diri sendiri: “Apakah ini benar-benar bikin aku lebih baik?”
Kalau iya, lanjut. Kalau cuma buat pelarian, berarti itu tanda self-sabotage.
Kesimpulan
Memahami konsep self reward vs self sabotage penting banget biar kamu bisa tetap menikmati hidup tanpa terjebak kebiasaan impulsif yang merugikan.
Self-reward dan self-sabotage itu mirip, tapi bedanya di niat dan dampaknya.
Self-reward bikin kamu berkembang dan bahagia dengan sadar.
Self-sabotage bikin kamu nyaman sesaat, tapi menyesal kemudian.
Jadi, nggak apa-apa kok kasih diri sendiri penghargaan — asal kamu tahu kapan harus berhenti.
Karena mencintai diri sendiri bukan cuma soal memanjakan diri, tapi juga soal menjaga diri dari kebiasaan yang merugikan. 💛
