masuk angin
“Masuk angin” adalah istilah yang sangat populer di Indonesia. Banyak orang mengaitkan masuk angin dengan gejala seperti perut kembung, badan meriang, mual, dan sering bersendawa. Namun secara medis, istilah ini sebenarnya tidak dikenal. Hal ini memunculkan pertanyaan: apakah masuk angin hanya mitos, atau memang ada penjelasan ilmiahnya? Artikel ini membahas fakta lengkap mengenai masuk angin, penyebab yang sebenarnya, dan kapan kondisi perlu diperiksa oleh dokter.
Apakah Masuk Angin Itu Ada Secara Medis?
Dalam dunia medis, tidak ada diagnosa resmi bernama “masuk angin”. Namun, gejala yang digambarkan masyarakat benar adanya, dan umumnya berkaitan dengan kondisi medis lain.
Menurut pakar kesehatan yang dikutip BBC News, gejala seperti kedinginan, lemas, kembung, dan tidak enak badan biasanya terjadi akibat infeksi ringan, gangguan pencernaan, atau kelelahan.
Di Indonesia, istilah ini menjadi istilah budaya untuk menggambarkan kombinasi gejala yang muncul ketika tubuh menurun.
Penyebab yang Sebenarnya dari “Masuk Angin”
1. Kelelahan Berat
Tubuh yang dipaksa terus aktif tanpa istirahat cukup lebih rentan mengalami gejala seperti meriang dan pegal.
2. Perubahan Cuaca Mendadak
Suhu dingin bisa memicu penyempitan pembuluh darah sehingga tubuh merespons dengan menggigil atau merasa tidak enak badan.
3. Gangguan Pencernaan
Kembung, banyak gas, atau asam lambung naik sering digambarkan sebagai “masuk angin”.
Laporan kesehatan Kompas mencatat bahwa keluhan ini paling sering dikaitkan dengan pola makan tidak teratur atau stres.
4. Infeksi Virus Ringan
Flu dan pilek sering dimulai dengan gejala meriang, lemas, atau menggigil—yang oleh masyarakat disebut masuk angin.
5. Kurang Tidur
Kurang tidur melemahkan imunitas dan membuat tubuh tidak nyaman.
6. Kedinginan atau Terpapar Angin Terlalu Lama
Suhu dingin dapat menurunkan sirkulasi darah sehingga tubuh terasa lebih cepat lelah atau menggigil.
7. Stres dan Emosi Tidak Stabil
Stres dapat memicu gangguan pencernaan, nyeri otot, dan kelelahan.
Gejala yang Sering Disebut sebagai “Masuk Angin”
- Sering bersendawa
- Perut kembung atau begah
- Badan meriang
- Pusing ringan
- Pegal di leher dan pundak
- Nafsu makan menurun
- Kedinginan
- Lemas dan mengantuk
Gejala ini nyata, tetapi penyebabnya bervariasi dan tidak berdiri sebagai satu penyakit khusus.
Cara Mengatasi Gejala Masuk Angin
1. Istirahat Cukup
Tidur membantu tubuh memulihkan energi dan melawan infeksi ringan.
2. Minum Air Hangat
Air hangat dapat meredakan kembung dan membantu melancarkan peredaran darah.
3. Makan Makanan Hangat dan Mudah Dicerna
Sup, bubur, atau jahe hangat sering membantu mengurangi gejala pencernaan.
4. Kerokan (Jika Nyaman)
Meski tidak ada dasar medis, kerokan dapat meningkatkan aliran darah pada permukaan kulit, sehingga memberi rasa hangat dan nyaman.
Menurut laporan Reuters Health, praktik tradisional yang memberi sensasi relaksasi bisa membantu tubuh merasa lebih baik selama dilakukan dengan aman.
5. Hindari Angin Dingin Berlebih
Gunakan jaket atau selimut untuk menjaga suhu tubuh tetap stabil.
Kapan Kondisi Ini Berbahaya dan Perlu ke Dokter?
Bisa menandakan kondisi serius jika disertai gejala berikut:
- Demam tinggi lebih dari 38.5°C
- Nyeri dada atau sesak napas
- Muntah terus-menerus
- Perut nyeri hebat
- Lemas ekstrem hingga hampir pingsan
- Detak jantung sangat cepat atau tidak beraturan
- Keluhan tidak membaik dalam 2–3 hari
Gejala tersebut dapat mengindikasikan infeksi berat, masalah jantung, maag akut, atau gangguan pencernaan lainnya.
Apakah Masuk Angin Bisa Dicegah?
1. Jaga Pola Tidur Teratur
Kurang tidur melemahkan sistem imun.
2. Makan Teratur dan Hindari Telat Makan
Pola makan buruk adalah pemicu utama kembung dan tidak enak badan.
3. Gunakan Pakaian yang Sesuai Cuaca
Suhu dingin ekstrem bisa memicu ketidaknyamanan tubuh.
4. Kurangi Stres
Stres kronis sangat memengaruhi kondisi fisik.
5. Olahraga Teratur
Sirkulasi darah yang baik membuat tubuh lebih tahan terhadap perubahan cuaca.
Kesimpulan
“Masuk angin” bukan istilah medis, tetapi gejalanya nyata dan bisa dijelaskan secara ilmiah. Kondisi ini biasanya terkait kelelahan, gangguan pencernaan, atau infeksi ringan. Pembaca perlu mengenali kapan gejala bisa ditangani di rumah dan kapan harus mencari bantuan medis. Dengan menjaga pola hidup sehat dan memahami penyebabnya, dapat diminimalisir gejalanya dan tubuh tetap fit.
