
sering mager
Hampir semua orang pernah mengalaminya: rencana sudah disusun, niat sudah bulat, tapi akhirnya cuma rebahan sambil scroll media sosial. Ya, fenomena sering mager alias “malas gerak” ini sangat umum di kehidupan modern. Tapi kenapa sih kita sering mager dan sulit memulai sesuatu, padahal tahu itu penting?
Apa Itu Mager Menurut Psikologi?
Mager bukan sekadar malas. Dalam psikologi, mager sering kali merupakan bentuk prokrastinasi — kecenderungan menunda tugas yang sebenarnya bisa dilakukan sekarang.
Menurut BBC, prokrastinasi terjadi bukan karena kurang motivasi, tapi karena otak kita lebih memilih kenyamanan jangka pendek dibanding kepuasan jangka panjang. Jadi, rebahan terasa lebih menyenangkan dibanding menyelesaikan laporan kerja atau tugas kuliah.
Kenapa Kita Sering Mager?
1. Otak Lebih Suka Kenyamanan
Secara biologis, manusia cenderung menghindari stres dan mencari kenyamanan. Saat otak menganggap tugas tertentu sulit atau membosankan, sistem saraf otomatis mendorong kita untuk menghindarinya — itulah yang bikin kita mager.
2. Terlalu Banyak Pilihan
Dalam era digital, kita sering kewalahan karena terlalu banyak hal yang bisa dilakukan: kerja, hiburan, sosmed, Netflix, dan lain-lain. Akibatnya, otak bingung menentukan prioritas, dan jalan pintasnya: diam dulu alias mager.
3. Perfeksionisme
Orang perfeksionis sering menunda karena takut hasilnya tidak sempurna. Mereka ingin memulai dalam kondisi ideal, padahal momen itu jarang datang.
4. Energi Mental Habis
Keputusan kecil yang kita buat sepanjang hari — dari memilih baju sampai memeriksa notifikasi — bisa menguras energi mental. Saat energi habis, tubuh otomatis mencari aktivitas pasif untuk “recharge”.
Dampak Mager yang Berlebihan
Kalau sesekali mager itu wajar. Tapi kalau kebiasaan ini jadi sering, dampaknya bisa terasa di berbagai aspek kehidupan:
- Produktivitas menurun.
- Rasa bersalah meningkat.
- Tidur dan pola makan jadi kacau.
- Kehilangan semangat dan arah tujuan.
Penelitian dari Kompas juga menyebut, prokrastinasi kronis bisa meningkatkan risiko stres dan kecemasan.
Cara Mengatasi Kebiasaan Mager
1. Mulai dari Hal Kecil
Alih-alih memaksa diri menyelesaikan semua tugas sekaligus, mulai dari satu langkah kecil. Otak akan merasa lebih ringan dan perlahan terbiasa bergerak.
2. Gunakan Teknik “5 Menit”
Coba kerjakan sesuatu hanya selama 5 menit. Biasanya setelah mulai, motivasi akan muncul dengan sendirinya.
3. Atur Lingkungan
Lingkungan yang berantakan bikin otak sulit fokus. Rapikan meja, matikan notifikasi, dan buat suasana kerja yang nyaman.
4. Kenali Waktu Produktif
Setiap orang punya waktu terbaik untuk bekerja. Kenali kapan energi dan fokusmu paling tinggi, lalu manfaatkan waktu itu untuk tugas penting.
5. Self-Compassion
Jangan terlalu keras pada diri sendiri. Kadang, tubuh memang butuh istirahat. Bedakan antara butuh rehat dan menunda karena takut mulai.
Kesimpulan
Kebiasaan sering mager bukan tanda malas permanen, tapi respons alami otak terhadap stres, ketakutan, atau kelelahan. Dengan memahami penyebabnya, kita bisa mengatasinya dengan cara yang lebih bijak.
Mulailah dari langkah kecil, kenali pola energi diri, dan beri tubuh waktu untuk istirahat sehat. Kadang yang kita butuhkan bukan motivasi besar — tapi sekadar keberanian untuk mulai dulu.